Pertemuan ke-18
Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang 32
Senin, 3 Maret 2025
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd
Moderator : Lely Suryani, S.Pd.SD
Sumber : Wa Grup KBMN PGRI Gel.32
Senin, 3 Maret 2025. Hari ke-tiga Ramadan, bertepatan dengan pertemuan ke-18 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang 32. Kelas dimulai pukul 14.00 wib. Materi hari ini tentang "KAIDAH PANTUN" menghadirkan narasumber sang ahli pantun, yaitu Bapak Miftahul Hadi, S.Pd. Moderator yaitu ibu Lely Suryani, S.Pd.SD
Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014. Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis.
Pengertian pantun menurut beberapa ahli :
- Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)
- Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun: teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba); kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019)
- Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)
- Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)
- Pantun merujuk kepada sesuatu yang teratur dan lurus, baik secara maujud (konkrit) maupun mujarad (abstrak) serta bertujuan memimpin, mendidik, dan memberikan panduan (Harun Mat Piah dalam Bakar, 2020)
- Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020).
- Pantun dengan akar kata “TUN” adalah sebagai kiasan atau perumpamaan dengan maksud mengandungi unsur-unsur pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)
- Kamus Bahasa Melayu Nusantara (2003) menjelaskan bahwa Pantun adalah sejenis peribahasa yang digunakan sebagai sindiran
Pantun merupakan salah satu kekayaan seni verbal. Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang.
Berbicara kentrung, berikut penggiat kesenian kentrung dari Demak yang terkenal
Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
Kalau berbicara tentang pantun, ingatan kita pasti tertuju pada suku bangsa Melayu di Pulau Sumatera dan sebagian Kalimantan. Tapi ternyata, tiap daerah memiliki kebudayaan yang hampir sama seperti pantun. Penasaran?
Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende.
Contoh:
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.
Artinya:
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.
Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.
Contoh:
Sing getol nginam jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol naengan elmu,
Gunana dunya akhirat.
Artinya:
Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah menuntut ilmu,
Berguna bagi dunia akhirat.
Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.
Contoh:
Kabeh-kabeh gelung konde,
Kang endi kang gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang endi sing durung ana.
Artinya:
Semua bergelung konde,
Manakah yang gelung Jawa,
Semua telah ada yang punya,
Mana yang belum dipunya.
💥FUNGSI PANTUN
- Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
- Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Jadi tidak boleh sembarangan, harus benar-benar dipikirkan pemilihan kata amupun pesan yang ingin disampaikan
- Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.
Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
💥 CIRI CIRI PANTUN
Berikut ini beberapa ciri pantun, yang penting untuk diterapkan dalam menbuat sebuah pantun. Jika ciri ini tidak terpenuhi, boleh dikatakan itu bukanlah sebuah pantun.
- Satu bait terdiri atas empat baris
- Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
- Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
- Bersajak a-b-a-b
- Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang
- Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud
Tetapi, kita juga mengenal pantun dua baris yang disebut dengan KARMINA
Ciri-Ciri Karmina (pantun kilat)
- Terdiri dari dua baris
- Baris pertama disebut sampiran
- Baris kedua disebut isi
- Memiliki sajak a-a
- Antara sampiran dan isi tidak memiliki hubungan sebab akibat
- Disebut juga pantun kilat
Contoh :
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
💥 PERBEDAAN PANTUN, GURINDAM, dan SYAIR
Sumber : Grup WA KBMN PGRI Gel.32
Contoh syair:
Ke sekolah janganlah malas,
Belajar rajin di dalam kelas,
Jaga sikap janganlah culas,
Agar hati tak jadi keras.
CIRI - CIRI SYAIR :
- rima akhirnya, semua memiliki bunyi yang sama. itulah yang dinamakan sajak a-a-a-a-
- baris satu sampai empat memiliki keterkaitan isi dan pesan
- jadi tidak ada sampiran dan isi
- karena semuanya isi atau pesan
Contoh gurindam:
1. Jika selalu berdoa berdzikir,
Ringan melangkah jernih berpikir.
2. Jika rajin zakat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah.
CIRI - CIRI GURINDAM
- tiap bait hanya dua baris,
- menyatakan sebab akibat, dan
- memiliki sajak a-a
Selanjutnya, narasumber memberikan contoh pantun dan meminta peserta menganalisa pantun berikut
Memotong rebung pokok kuini,
Menanam bidara akar seruntun,
Mari bergabung di siang ini,
Dalam acara belajar pantun.
JENIS - JENIS RIMA dalam PANTUN
1. Rima akhir (tingkatan paling mudah dalam membuat pantun)
Pohon nangka dililit bena lu,
Benalu runtuhkan batu ba ta,
Mari kita waspada sela lu,
Wabah penyakit di sekitar ki ta.
2. Rima tengah dan akhir
Susun seja jar bungalah ba kung,
Terbang mene pi si burung e lang,
Giat bela jar marilah du kung,
Wujud mim pi Indonesia cemer lang.
3. Rima awal, tengah dan akhir
Jangan dipetik si daun sirih,
Jika tidak dengan gagangnya,
Jangan diusik orang berkasih,
Jika tidak dengan sayangnya.
4. Rima lengkap
Bagai patah tak tumbuh lagi,
Rebah sudah selasih di taman,
Bagai sudah tak suluh lagi,
Patah sudah kasih idaman.
TIPS membuat pantun dengan mudah dan cepat (dua menit langsung jadi)
- Pahami kaidah dan ciri dari pantun itu sendiri.
- Menguasai Perbendaharaan Kata : harus tahu dan hafal kata yang memiliki bunyi akhir sama (contohnya : mencari kata dengan bunyi akhir yang sama, tidak hanya 1 huruf terakhir, minimal dua huruf paling belakang, atau lebih bagusnya tiga huruf akhir)
- akan lebih mudah ketika membuat pantun adalah menulis baris ketiga dan keempat terlebih dahulu
- setelah pesan atau isi sudah dapat, barulah menulis sampirannya atau baris pertama kedua
- meskipun baris pertama dan kedua ditulis belakangan namun jangan asal menulis
- usahakan untuk baris pertama dan kedua itu memiliki genre yang sama atau saling berhubungan
Menulis pantun memang sangat menarik dan penuh tantangan. Terlebih menjadi kebanggaan bangsa. Jadi, sangat pentung bagi kita semua melestarikan seni verbal ini.
Luar biasa buu, tetap semangat ya
BalasHapusTerima kasih pak
HapusMantap sangat lengkap
BalasHapusTeima kasih OmJay
Hapus