"Rinai luruh atas titah-Nya, bagai bisikan sunyi dari langit, meniti udara dengan gemulai sebelum mengecup tanah yang merindu, mengajarkan kepasrahan kepada bumi yang tak pernah menolak takdir-Nya.
Anila berembus, menyisir ranting-ranting tua yang bergumam tentang waktu, menguji keteguhan larik-larik dahan yang berserah pada kehendak Ilahi.
Cakrawala berselimut kelabu, menyimpan janji fajar yang takkan alpa. Setiap tetes yang luruh adalah pertanda, bahwa segala yang hadir hanyalah titipan, yang mengalir tiada pernah sia-sia, dan yang berlalu telah digariskan dalam kitab-Nya dengan penuh hikmah.
Badai bukan tentang kehancuran, melainkan kasih yang tersembunyi, kawah kehidupan bagi hati yang ingin dikuatkan, bagi jiwa yang ingin didekatkan pada-Nya. Lihatlah akar yang tak gentar pada gemuruh, justru semakin menghujam bumi dalam sujudnya. Demikian pula seorang hamba tak perlu takut pada gelap, sebab di dalamnya ada doa yang lebih khusyuk, ada rindu yang lebih mesra kepada Sang Pemilik Semesta.
Maka bersabarlah, sebagaimana daun tetap menari dalam hembusan puspa angkasa tanpa meragukan ketetapan-Nya. Sebab selepas hujan reda, langit akan menyingkap cahaya bagi mereka yang berserah. Dan di ujung segala deras, ada mentari yang pulang membawa rahmat, membawakan cahaya bagi mereka yang tak henti percaya, menggenapi janji-Nya bahwa setelah kesulitan, selalu ada kemudahan.
Kwreeeen sekali
BalasHapusTerima kasih sudah mampir
HapusSangat yakin atas semua masalah pasti ada jalan seperti pepatah habis gelap terbitlah terang...
BalasHapusBenar Bun, seperti apapun derasnya hujan, pengabdian harus terus berjalan
Hapus