Senin, 03 Februari 2025

MENYULAM DIKSI SELAKSA MAKNA

 Pertemuan ke-6

Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang 32

Senin, 3 Februari 2025

Narasumber : Maydearly

Moderator : Purbaniasita Kusumaning Sedyo, S.Pd

Sumber : Grup WA KBMN PGRI Gelombang 32


Dalam aliran waktu yang tak henti mengukir peradaban, pembelajaran adalah nyala yang menerangi jejak manusia menuju kebijaksanaan. Seperti angin yang membelai samudra, ilmu menggerakkan gelombang pikiran, menyingkap tabir keajaiban yang tersembunyi dalam keseharian. Di antara benih rasa ingin tahu dan ketekunan, tumbuhlah pemahaman yang berakar kuat, mengubah setiap pengalaman menjadi lentera bagi masa depan. Begitulah pendidikan sejati-bukan sekadar tumpukan teori, melainkan tarian harmonis antara logika dan rasa, antara inovasi dan tradisi, hingga menjelma suluh yang menuntun insan menuju makna kehidupan yang lebih hakiki. (Gramatolina)


Sang pemilik waktu pun, mengantar sua kita di kelas KBMN PGRI Gelombang 32. Senin, 3 Februari 2025, bada isya Waktu Indonesia Tengah (pukul 19.00-21.00 wib). Pertemuan ke-6 dengan tema Diksi dan Seni Bahasa. Penggugah inspirasi kelas malam ini, yaitu seorang guru cantik dengan segudang prestasi yang dikenal sebagai Queen of Diction. Ya tepat sekali, beliau adalah ibu Maesaroh Maydearly. Kelas ini pun berlangsung penuh harmoni dan menantang, sebab sang pengawal dialog juga seorang guru dan alumni KBMN gelombang 26, yaitu ibu Purbaniasita. Tentunya, dengan melangitkan bait-bait suci dan penuh pengharapan pada-Nya, kelas ini pun dimulai.

Sumber : Grup WA KBMN PGRI Gel.32

Bagi saya, kelas ini memang cukup menantang. Karena latar belakang yang bukan di bidang sastra maupun ahli bahasa. Namun, saya sangat menikmati diksi-diksi indah dari sang ratu diksi. 

Apakah Diksi hanya digunakan untuk sebuah puisi saja?
Apakah Diksi harus selalu menggoda, berirama, menggugah rasa?

Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam  tulisan. 

Diksi lahir untuk memberikan ruh agar sebuah kata memiliki kepantasan yang lebih bermakna. Dengan Diksi, kita akan lebih merasakan warna dan rasa untuk setiap kalimat. 

Dahulu, sejarahwan Yunani bernama Aristoteles memperkenalkan Diksi untuk menulis puisi. Kini, Diksi berkembang pesat tidak hanya pada puisi tapi juga digunakan untuk memperindah bahasa sebagai padanan kata agar lebih terasa maknanya.

Dalam konteks sastra atau tulisan kreatif, keindahan diksi sangat penting karena dapat mempengaruhi bagaimana pembaca merespons dan menghayati karya tersebut. Kata-kata yang dipilih dengan cermat tidak hanya memperkaya pengalaman membaca tetapi juga dapat mengekspresikan nuansa, emosi, atau gambaran dengan lebih mendalam.

Jadi, untuk mencapai keindahan diksi, penulis perlu memperhatikan hal-hal berikut:
  • konteks penggunaan kata-kata, 
  • pemilihan kosakata yang sesuai dengan nada atau suasana yang diinginkan, serta 
  • kemampuan untuk menggambarkan atau menggambarkan dengan cara yang unik dan menarik.
William Shakespeare dikenal dengan penggunaan diksi yang kaya dan puitis dalam karya-karyanya. Diksi merujuk pada pilihan kata-kata yang digunakan dalam tulisannya, dan Shakespeare terampil dalam memilih kata-kata yang tepat untuk menciptakan nuansa, gambaran, dan emosi yang mendalam dalam karya-karyanya seperti drama dan puisi.

Salah satu karya William Shakespeare yang terkenal adalah Romeo and Juliet: Karya ini memperlihatkan diksi yang romantis dan ekspresif, dengan dialog-dialog yang puitis antara kedua tokoh utama.

Lantas apakah hanya seorang penyair saja yang pandai berdiksi?
Apakah kita sebagai penulis pemula tak mampu berdiksi?

Ternyata penulis pemula juga mampu untuk berdiksi, dengan menerapkan tips jitu dari bunda Maydearly ini.
Sumber : Grup WA KBMN PGRI Gel.32

TIPS JITU agar mudah merangkai kata agar tampak menawan:

1. Sense of touch atau indera sentuhan, berperan penting dalam mengembangkan diksi, terutama dalam menggambarkan atau menjelaskan pengalaman fisik atau emosional. 
Berikut adalah beberapa cara di mana sense of touch dapat membantu dalam pengembangan diksi:

  • Deskripsi Fisik: Menggunakan kata-kata yang merujuk pada sensasi fisik yang dirasakan oleh karakter atau objek dalam cerita. Misalnya, "rasa kasar batu yang menggores telapak tangan" atau "kelembutan bulu halus yang menyentuh pipi".
  • Ekspresi Emosi: Mendeskripsikan bagaimana indera sentuhan mempengaruhi suasana hati atau emosi seseorang. Contohnya, "rasa dingin membelai kulitnya membuatnya merasa kesepian" atau "kehangatan pelukan memenuhi hatinya dengan kedamaian"
  • Nuansa dan Atmosfer: Menggunakan sensasi sentuhan untuk membangun nuansa atau atmosfer dalam sebuah setting. Misalnya, "angin sepoi-sepoi menyentuh kulit mereka dengan lembut di tepi pantai yang sunyi" atau "hujan deras yang membasahi bumi dengan kelembutan."
  • Metafora dan Personifikasi: Menggunakan sentuhan secara metaforis untuk menggambarkan pengalaman atau objek secara lebih mendalam. Contohnya, "sinar matahari merayap seperti jemari emas yang membelai tanah gersang" atau "suara angin di pepohonan menggelembung seperti suara tawa anak-anak yang bermain."

2. Sense of smell atau indera penciuman adalah elemen penting dalam berdiksi karena dapat menambah kedalaman dan kehidupan dalam deskripsi pengalaman atau suasana. 
Berikut adalah beberapa cara di mana sense of smell dapat digunakan dalam berdiksi:

  • Deskripsi Lingkungan: Menggunakan aroma untuk menggambarkan lokasi atau lingkungan dengan lebih jelas. Contohnya, "aroma bunga melati yang menyegarkan memenuhi udara di taman itu" atau "bau tanah basah setelah hujan turun sepanjang malam."
  • Karakterisasi: Menambahkan aroma untuk menggambarkan karakter atau suasana hati. Misalnya, "parfum mewah yang menguar dari lehernya menunjukkan keanggunan dan kepercayaan dirinya" atau "bau rokok dan alkohol yang menusuk hidung menggambarkan gaya hidupnya yang kasar."
  • Memori dan Emosi: Menggunakan aroma untuk memicu memori atau mengekspresikan emosi karakter. Contohnya, "aroma kue mangga yang manis membawa kenangan masa kecilnya yang bahagia" atau "bau bensin yang tajam memicu kecemasan dalam dirinya."
  • Metafora dan Simbolisme: Menggunakan aroma secara metaforis untuk menggambarkan suasana atau konsep. Misalnya, "bau kemarahan yang menyengat terasa di udara" atau "aroma kebohongan yang terasa menyengat di ruang rapat itu."


3. Sense of taste, atau indera perasa, juga dapat digunakan dengan efektif dalam berdiksi untuk memperkaya pengalaman pembaca dengan sensasi-sensasi yang berkaitan dengan rasa. 
Berikut adalah beberapa cara di mana sense of taste dapat dimanfaatkan dalam berdiksi:

  • Deskripsi Makanan dan Minuman: Menggunakan rasa untuk menggambarkan makanan atau minuman dengan lebih jelas. Contohnya, "rasa manis dari cokelat leleh mengalir di lidahnya" atau "rasa pedas dari sambal yang membara memenuhi seluruh mulutnya."
  • Ekspresi Emosi atau Perasaan: Menggunakan rasa untuk mengekspresikan emosi atau perasaan karakter. Misalnya, "rasa getir kecewa yang seperti pahit di ujung lidahnya" atau "rasa gembira yang segar seperti buah-buahan tropis yang manis."

4. Sense of Jurnalism merujuk pada cara penggunaan diksi yang khas dalam konteks jurnalisme untuk menyampaikan berita atau cerita dengan cara yang informatif, jelas, dan terkadang juga memikat.

5. Sense of hearing atau indera pendengaran dapat diterapkan secara efektif dalam berdiksi untuk menciptakan pengalaman auditori yang kuat dalam tulisan. 
Berikut beberapa cara menggunakan sense of hearing dalam berdiksi:

  • Deskripsi Suara: Menggunakan kata-kata untuk menggambarkan berbagai jenis suara dengan detail. Misalnya, "derap langkah kaki yang cepat di lorong yang sepi" atau "gemerisik daun kering yang disapu angin."
  • Atmosfer dan Nuansa: Suara dapat digunakan untuk membangun atmosfer atau nuansa tertentu dalam sebuah setting. Contohnya, "gemuruh petir yang menggetarkan jendela" untuk menciptakan ketegangan atau "suara riuh kerumunan yang memenuhi pasar pagi."
  • Ekspresi Emosi: Suara juga dapat mengekspresikan emosi atau perasaan. Misalnya, "senandung riang anak-anak yang bermain di halaman sekolah" atau "ratapan sedih yang terdengar di ruang tengah rumah duka."
  • Simbolisme dan Metafora: Suara dapat digunakan secara metaforis untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Contohnya, "suara jangkrik malam yang menyiratkan kesepian di hatinya" atau "nyanyian angin yang membawa berita baik."


Diksi adalah tentang rasa, dan rasa adalah tentang indra. Apa yang kita lihat, kita dengar, kita sentuh, ketika kita jabarkan dalam sebuah kalimat yang menarik maka akan terlahir sebuah kata yang unik. Diksi adalah padanan kata. dimana setiap kata memiliki sinonim. Diksi tidak selalu bertajuk puisi, Karena Diksi adalah kata pengganti yang bermakna sama, bisa dipakai pula untuk sebuah karya ilmiah. 

Demikian penyampaian narasumber yang luar biasa. Rasanya tak ingin menghapus setiap diksi yang telah beliau sampaikan, maka biarlah resume ini cukup panjang dari biasanya ya. 


Diksi adalah sulaman kata yang menari dalam irama makna, melahirkan simfoni rasa yang menggema di relung jiwa. Ia bukan sekadar kumpulan huruf yang terangkai, melainkan denting nada yang membangkitkan getar emosi, menghidupkan bayangan dalam benak, dan menggerakkan hati dalam tarian imajinasi. Seperti pelukis dengan palet warnanya, seorang penutur meracik kata dengan cermat, menorehkan keindahan yang abadi dalam ruang pemikiran. Dalam seni bahasa, tiap frasa adalah percikan cahaya yang menyulut api semangat, mengubah wacana menjadi kisah yang menyala, mengukuhkan makna menjadi warisan yang lestari. Sebab kata bukan hanya suara yang melintas, melainkan jejak yang kekal dalam lintasan peradaban.
(Gramatolina)

8 komentar:

  1. mantap cepat sekali bikin resumenya

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih ya Bund.. semangat untuk kita semua..Selaksa makna dalam sulaman diksi. Bak selimut bagi relung jiwa dan pikiran. Menjelma ilmu tuk keabadian..yuk kita praktekkan terus he he

      Hapus
  3. Balasan
    1. Lentera itu telah membakar seluruh fana dan betapa akan fskurnya ilmu di masa lalu. He he menyala untuk kita semua ya bund

      Hapus

REFERENSI GRATIS _20 RESUME KBMN GELOMBANG 32

Sumber : doc.pribadi penulis Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang ke-32, dimulai hari Sabtu, 18 Januari 2025 dengan acara O...