Pertemuan ke-14
Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang 32
Jum'at, 21 Februari 2025
Narasumber : Mutmainah, M.Pd
Moderator : Widya Arema
"Tulisan yang lahir dari hati akan menemukan jalannya ke hati yang lain."
BAAAM! Dari jarak sepuluh kilometer, melesat keluar dari dalam lautan seekor ikan raksasa-setidaknya bentuknya masih mirip ikan. Masih jauh, tapi sudah terihat besar sekali, lebih besar dibanding gurita yang mengejar kami beberapa hari lalu. Ikan ini memiliki enam tanduk, ekornya panjang dengan sirip-sirip melengkung bagai surai. Kulitnya berwarna kuning keemasan, memantulkan cahaya matahari. Aku mengeluh, tidakkah urusan ini bisa lebih mudah? Kami bertiga masih dalam kondisi terikat, tidak bisa meloloskan diri, tidak bisa bergerak, ditambah lagi ikan raksasa ini.
“BAAAM!Lima belas detik terbang di udara, ikan raksasa itu berdebam kembali memasuki lautan, membuat ombak tinggi, bagai gelombang tsunami puluhan meter. Hitungan detik, gelombang itu tiba, kapal kami yang terikat jangkar, terbanting kesana-kemari. Hanya karena jaring perak mengunci tubuh kami ke lantai kapal, kami tidak terlempar ke lautan. Tapi itu tetap tidak bisa melindungi dari lidah ombak, yang segera membuat kami basah kuyup.
(Tere Liye dalam Komet Minor)
Moderator membuka sesi malam ini, dengan cuplikan novel karya Tere Liye dalam Komet Minor. Sebuah pembuka kelas yang menggugah peserta untuk menyelami dengan penuh kesadaran terkait tema kelas malam ini, "WRITING by HEART". Tak terasa, kini Jum'at, 21 Februari 2025, menjadi malam ke-14 di Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang 32. Moderator hebat, Widya Arema sangat lihai memantik peserta untuk fokus ke kelas malam ini. Tak diragukan pula, sang narasumber Mutmainah, M.Pd (akrab disapa Tazah Mutmainah), sudah menyiapkan materi keren yang menggugah jiwa, rasa, dan hati kita.
Beliau seorang kepala madrasah tsanawiyah yang memiliki hobi memahat kata. Hingga terlahir puluhan karyanya dalam buku antologi. Dua karya solonya telah membuktikan beliau piawai dalam menggores kata. Buktinya, beliau menjadi Penulis Terbaik 2023 di nominasi the best author versi KBMN.
💓 TIPS MENULIS dengan HATI 💓
1. Libatkan emosi.
Emosi positif, sangat penting dalam menulis. Tulis apa saja yang kita rasakan, kita amati, dan kita dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit terlebih dahulu. Jika kita menulis sambil mengedit, tulisan kita tidak akan jadi.
Saat menulis libatkan emosi kita. Beri warna dan rasa pada tulisan kita. Saat kita menuliskan tentang kesedihan gambarkan kesedihan itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti kita sedang berbicara curhat pada sahabat kita jika kita sedang sedih.
Saat kita sedang marah sampaikan rasa amarah itu dalam kata kata. Sehingga seolah pembaca merasakan aura kemarahan kita.
2. Libatkan panca indera
Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru, mereka terombang-ambing diatas kapal yang sudah lubang sana sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam gigil kedinginan.
Dari kejauhan, Sesosok makhluk yang besar semakin mendekati mereka. Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kuat.
Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar mereka.
Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, akan tiba dihadapan mereka.
Ooh bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?
Bagaimana perasaan Anda ketika membaca paragraf ini?
Tentu kita juga merasakan dingin, dan ketakutan seperti ketiga sahabat itu bukan.
Jadikan tulisan kita memiliki rasa takut, senang, melalui melihat, mendengar, membau. Libatkan semua panca indera.
3. Tulis yang disukai.
Kerika kita jautuh cinta, Bagaimana kita menggambarkan orang yang kita sukai. Hemmm pasti paket lengkap untuk mendeskripsikannya. Mulai wajahnya penampilannya, sikapnya. Bahkan senyumnya pun kita bisa melukiskannya dengan jelas. Kenapa bisa seperti itu? ya karena SUKA.
Intinya tulis sesuatu yang kita sukai. Jangan menulis karena terpaksa. Tulisan yang ditulis dengan terpaksa hanya akan berupa rangkaian huruf tanpa nyawa. Kosong, bisu dan tak membekas dihati pembaca.
Menulis adalah soal perasaan. Tidak cukup hanya pengetahuan, seorang penulis harus memiliki pemahaman. Pemahaman dimulai dari memahami diri sendiri baru memahami orang lain.
Penulis yang punya rasa akan menjadi sensitif dan mampu menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya akan menjadi lebih dalam dan dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh pembaca. Dengan melibatkan rasa, penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan sesuatu yang menggelegak dari dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap oleh pembacanya. Merasa nggak?
Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni adalah kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki jalan yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain. Jadi hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.
4. Jangan Mengharap Pujian
UNTUK APA KITA MENULIS? (Niatkan dalam hati yang pertama kata-kata berikut ini)
Jika kita menulis hanya karena pujian, orientasi kita bukan pada segi manfaat tulisan kita. Tapi semata mata karena ingin dipuji. Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan badmood bahkan malas untuk menulis.
Namun, jika kita menulis semata-mata karena ibadah ingin menebarkan sesuatu yang menghibur, yang bermanfaat. Dipuji atau tanpa dipuji kita akan terus melaju dengan tulisan kita.
5. WHO dan DO
Who artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. Jadikan diri kita sebagai pembaca.
Do artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan sesuai tujuan tulisan kita.
6. READ and READ
Seorang penulis hendaknya suka membaca, sebab membaca adalah bahan bakar seorang penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide, bahasa dan bahsn menulis.
Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari penelitian Stephen D. Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research, Theory, and Application, bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Responden yang merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak kecil dan mengaku sudah terbiasa menulis sejak masih sekolah.
Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan dan pengatahuannya pun akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi atau ide untuk menulis. Dengan kata lain, tiap kalimat yang dituliskan akan mengalir mudah, karena sudah mempunyai bekal informasi.
7. JUJUR
Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak. Kata orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari kita
8. KONSISTEN
Kata ini sangat mudah dikatakan tapi susah dilakukan. Ibarat berjalan selalu ada karang yang menghadang Angin badai menerpa, meruntuhkan kesadaran. Tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam sandungan akan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN yakni menjadi penulis.
Saat lelah mendera, pikiran buntu, atau writer block menyerang istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih tinggi.
Tulisan yang dibuat dengan hati akan sampai pada hati pula. Tulisan itu akan membius dan membekas dihati pembacanya
Saat tulisan kita memiliki soul, maka tulisan itu tidak akan membosankan. Melekat dalam ingatan.
💓 MANFAAT MENULIS dengan HATI 💓
1. Lebih menyentuh pembaca
Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih menggugah pembaca. Sebaliknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan.
Saat menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda tengah memproduksi rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis. Instal dalam diri Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama proses menulis. Emosi positif ini akan membimbing untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Coba rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi positif, pasti sangat berbeda dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi negatif.
"Biarkan kata-katamu menjadi cahaya yang menerangi pikiran, menghangatkan hati, dan menginspirasi jiwa."
Resumnya mantap👍
BalasHapusTerima kasih
HapusIzinkan saya memberikan gambaran terhadap resume yang Bu Hidmi buat. Rangkaian katanya tertata indah, dengan tampilan yang menarik membuat mata betah memandang
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusMantap bunda Hidmi
BalasHapusTerima kasih Bu
Hapus